Sunday, June 08, 2014

Padanya Rindu dan Cinta

Posted by Rina Purnama Sari at 2:46:00 pm 0 comments
Tentang rindu yang melekat padanya.

Aku si perindu di pagi hari. Buncahan rasa terkadang mampu melampaui logika. Ciuman dan pelukan itu membangunkan dari tidur lelap.  Tersentak, sadar ini hanya mimpi di pagi hari. Mungkin ini yang dimaksud Tuhan cinta. Padanya tertumpah tentang rasa dan asa.

Tentang inginku. Disampingmu setiap helaan nafas adalah cinta. Namun belum sekarang, bukannya tidak mau dan bukan berarti juga tidak mencinta. Aku punya waktu yang disebut 'nanti'. Nanti saat semuanya jauh lebih baik dan mengagumkan. Biarkan aku di sini untuk beberapa waktu hingga 'nanti' itu datang.

Tentang air mata ku siang ini, entahlah. Masih meyakini ini karena cinta. Rentang jarak memisahkan tautan hasrat. Aku menyukai rasa ini. Telah terbiasa, namun sekarang begitu menyiksa. Canggung melingkupi segala keraguan dan ketakutanku. Aku ingin tapi aku terlalu gengsi menunjukkan rasa.



Tentang Tuhan dan takdir hambanya. Aku percaya dia sang pencipta alur hidup manusia. Aku menitipkan jengkal-jengkal harapan sembari berusaha. Aku mencintaimu Tuhan. Aku mencintai rasa ini.


Siang hari pada sebuah balkon bangunan di selatan ibukota, ada rindu dan cinta berpadu...

Friday, May 09, 2014

Finally, Sarjana! ( So #Latepost !)

Posted by Rina Purnama Sari at 12:23:00 pm 0 comments







 Sepertinya apa yang ditulis dan diimpikan akan selalu ada cara untuk terwujud, dan ini adalah salah satu dari berbagai tulisan yang pernah dibuat :)

Terima kasih Mama Papa dan keluarga yang udah datang, meski sebenarnya Papa lagi dalam keadaan sakit
Terima kasih Mas Rozi dan 13ara lainnya yang udah menyempatkan datang, Jakarta, Depok, bahkan Fauzan (yang pake kacamata) yang menyempatkan hadir dengan datang langsung dari Padang menggunakan early fligt ke Bandung, semoga Na juga bisa datang di wisuda Zan nanti.
Terima kasih teman-teman kuliah, kakak, adik, dan semuanya.
I Love You

Katanya diawali oleh mimpi, tulis, usaha, tunggu, dan lihatlah 


Tuesday, February 18, 2014

He was/is/will be My Friend, My brother, and My Man

Posted by Rina Purnama Sari at 4:02:00 pm 0 comments

Ini telah atau lebih tepatnya akan mencapai 5 tahun sejak aku mengatakan "Ya" di jalan sepulang sekolah sore itu. Masih teringat kamu mengirimi sebuah pesan singkat untuk menanyakan keberadaan ku beberapa jam sebelum moment itu. Aku masih ingat kata-kata apa yang kamu gunakan hingga sulit bagi ku untuk berkata tidak. Aku juga masih ingat dimana kaki ku menapak ketika keputusan itu aku buat. Aku juga masih ingat pukul berapa dan seragam yang aku gunakan saat moment itu tercipta.

Jauh sebelum 5 tahun lalu, kita sudah saling kenal dan lama kelamaan semakin dekat. Kita telah berada dilingkungan yang sama untuk waktu cukup lama tanpa disadari. Pertama kali mengenal kamu saat kita masih berseragam merah putih dan dipertemukan di sebuah perlombaan dan sayangnya tim aku yang menang, bukan kamu. Kita berada di komplek sekolah yang sama selama 6 tahun, kamu 01 sedangkan aku 09.

Aku juga masih ingat saat merah berganti donker. Kita selalu dibatasi oleh satu dinding selama 3 tahun. Aku 1.2, 2.2, dan 3.2 sedangkan kamu 1.1, 2.1, dan 3.1 . Tapi kita pernah berada di ekskul yang sama. Aku masih ingat saat kamu berkata "manga juo Ji lai?" sebelum kegiatan ekskul saat aku berbicara dengan salah satu sahabat ku yang kamu panggil "Adek" karena aku menyebut nama kamu dalam permasalahan sahabat aku itu. Aku juga masih ingat saat kita berbicara di depan pintu kelas kamu saat jam istirahat meski aku lupa detail pembicaraan kita. Aku juga masih ingat saat minggu siang sebuah pesan singkat masuk ke ponsel ku, pesan singkat pertama dari kamu. Dan aku juga masih ingat saat class-meeting terakhir kita sebagai pelajar SMP, berpapasan meskipun saling berseberangan jalan, aku disebelah kiri dan kamu di kanannya, kamu bertanya aku mau kemana dan aku menjawab mau pulang, saat itu kamu bertiga sedangkan aku seorang diri. Dan aku masih ingat saat pengumuman NEM SMP, kamu diurutan pertama bersama sahabatku sedangkan aku lupa aku diposisi keberapa, entah 5, 6, 7, 8, atau 9. Yang pasti kita sama-sama didepan.

Ketika donker berganti abu-abu, takdir mempertemukan kita di sekolah yang sama bahkan dalam satu kelas yang sama. Orang yang aku kenal waktu itu hanya kamu dan Andi. Keadaan ini membuat kita semakin dekat layaknya seperti sahabat. Saling bertukar pesan setiap malam, saling membangunkan di pagi hari. Aku ingat kita sering membuat emot lucu diakhir pesan, terkadang mengkombinasikan nama kita atau tanggal lahir yang hanya berjarak 2 hari. Aku juga ingat kita sering melakukan missed-call sebanyak angka-angka penting dalam hidup kita, 1, 4, 6, bahkan kelipatan dari angka-angka itu. Aku masih ingat saat pertama kali kamu memegang tangan ku dan menggenggamnya seraya meyakinkan aku untuk bangkit dari kegagalan sebuah post test fisika. Aku juga masih ingat pertama kali aku bersandar di pundakmu, diperjalanan rekreasi kelas dan aku sedang dihadang sakit kepala. Aku masih ingat pertama kali kita mengambil foto berdua di tepi pantai dan entah kenapa tiba-tiba ada bayangan menyerupai gambar hati di sela-sela badan kita berdua. Apalagi?

Kamu masih ingat kapan pertama kali marah dan mendiamkan aku beberapa hari? Apa kamu ingat akhirnya aku menelpon kamu menggunakan hand phone Papa sambil menangis menanyakan salah aku apa? Aku masih ingat itu, aku masih mampu mengingat kata-kata yang keluar saat ditelpon itu. Aku juga masih ingat keesokan harinya kamu memberi sapaan lagi sambil mengambil jajanan ku dan duduk persis di kursi depan meja ku. Aku juga masih ingat saat kita duduk di depan kelas, aku ngoceh tentang rokok dan membenci pengkonsumsinya, diam-diam kamu memikirkannya dan menghentikan kebiasaan merokok kamu. Aku juga masih ingat pertama kalinya mendapatkan kado ulang tahun dari mu dan sampai sekarang kado itu masih ada dan terpajang di meja belajar ku.

Aku juga masih ingat saat kita kembali dipisahkan oleh satu dinding untuk 2 tahun kedepan. Aku menangis dan kamu pun berlinangan air mata. Kamu meyakinkan tidak akan melupakan aku sebagai sahabat, akan tetap memberikan perhatian selayaknya setahun belakangan. Benar, kamu duduk dengan posisi bisa melihat ke kelas ku. Selalu berkunjung walau hanya sekedar lewat dan mengirim sebuah senyum. Selalu saling menunggu saat pulang sekolah walau hanya untuk sekedar pamit pulang dan mengatakan hati-hati atau mengirimkan sebuah pesan singkat jika tak sempat bertemu. Aku masih ingat saat kamu tiba-tiba memegang kepala ku dan itu sering kemudian bersikap usil atas kegiatan ku. Aku masih ingat saat kamu akan berlibur ke Jakarta dan sengaja datang kesekolah sebelum keberangkatan mu dengan harapan bisa bertemu dan pamitan dengan ku, sayangnya aku sedang tidak di sekolah. Bodohnya kamu kenapa baru mengirim SMS sejam sebelum keberangkatanmu. Aku menangis. Mungkin aku gamang karena terbiasa berjumpa kamu setiap hari. Namun, kamu menebus itu semua dengan pulang tepat beberapa jam sebelum pergantian usia ku, meskipun kamu melewatkan pukul 12 malam itu meski sebenarnya telah menunggu dan sengaja memasang alarm agar terbangun, sayangnya sepupu kamu mematikan alarm itu mungkin karna mengganggu dan kamu tidak terbangun. Aku masih ingat kamu mengirimi aku pesan shubuh-shubuh 4 januari saat itu sambil merasa bersalah karna melewatkan hari ulang tahun aku sebagai sahabat. Kamu menebus semuanya dengan datang ke rumah membawa cake dan sebuah goodie bag yang berisi berbagai kado dan oleh-oleh liburan. Aku masih ingat isinya, sebuah cardigan, boneka, dan cincin titanium dengan satu permata di atasnya. Sayangnya aku menghilangkan cincin itu di bandara.

Aku juga masih ingat saat kamu cerita kalo kamu dekat dengan sahabatku. Aku orang pertama yang semangat menyuruh kamu untuk maju. Kamu takut, aku akan menjauh sebagai sahabat ketika telah ada wanita lain yang akan jauh lebih dekat dengan mu. Tapi aku meyakinkan bahwa kamu tidak akan kehilangan aku, tidak akan kehilangan perasaan seberapa dekat dan pedulinya kita satu sama lain. Akhirnya kamu maju.  Aku ingat, dua kali saat itu kamu berbicara dengan ku, kamu telah berusaha namun hasilnya nihil. Dan akhirnya kamu menyerah. Aku saksi hidup bagaimana kamu saat itu. Aku hanya ingin punya kesempatan dengan sahabat aku itu untuk membicarakan semuanya, sayangnya itu tidak terjadi.

Iya, aku pengingat yang baik untuk detail-detail sebelum 5 tahun yang lalu.

Sebelum moment 5 tahun yang lalu, dengan gamblang kita berucap saling sayang, sayang sebagai kakak, adek, dan sahabat. Aku merasa sangat nyaman di dekat mu dan kamu pun begitu. Kamu, sahabat pertama laki-laki ku dan kini menjadi laki-laki pertama yang aku jadikan seorang pendamping. Laki-laki pertama yang aku percayakan untuk berjalan ke depan bersama. Laki-laki pertama yang pernah, sedang, dan akan menjadi teman, kakak, sahabat, dan pendamping, Insyaallah :)



Dan foto ini membuatku berimajinasi, posisi yang sama dengan tempat berbeda beberapa tahun kedepan. Kamu pasti paham itu :)

Dan aku akan bercerita tentang moment-moment 5 tahun kita dan tahun-tahun selanjutnya, tapi nanti ketika kita telah berada di fase yang lebih tinggi dan baik.

Aku menyebutnya, Kita!

Saturday, February 01, 2014

Early January with Love

Posted by Rina Purnama Sari at 11:10:00 pm 0 comments

Pergantian waktu senantiasa akan membawa perubahan, baik sikap, prilaku, dan yang pasti usia. Peningkatan bilangan usia seharusnya juga diimbangi oleh peningkatan umur, seberapa manfaat pribadi kita, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

4 Januari tahun ini tepat 22 tahun. 22 tahun penuh dengan limpahan rezeki, berkah,dan kebahagiaan. 22 tahun lalu pertama kali mendengar azan dan iqamat langsung dari suara Papa. 22 tahun penuh cerita.

My 22th Cake


 


My Man!

Good Peoples

Mas Rozi, terima kasih udah nungguin jam 12 malam, ngucapin dengan penuh doa dan harapan di semua sosial media, bahkan email dan nelfon tengah malam meskipun feedback dari na biasa karna lemes sedang sakit. Terima kasih ngebelain ke Nangor untuk sebuah selebrasinya dan musti nunggu lama karna na tidur makin lemes setelah ujian ,untuk cake, gift, rose, baloons, dan topinya juga. Terima kasih udah ngehubungin teman dan sahabat-sahabat na dan merangkai semua doa mereka dalam satu figura.Terima kasih Kak. Terima kasih untuk selalu menjaga hubungan ini, kesetiaan dengan landasan saling percaya dan memberi kebebasan satu sama lain. Terima kasih tetap menjaga bahwa hanya kita, hanya ada dua pasang tangan yang saling bergandengan tanpa ada tangan lain, hanya ada dua pasang kaki yang masih dan akan terus melangkah beriringan tanpa ada kaki lain, hanya ada dua pasang mata yang saling melirik dan menilai tanpa ada lirikan dari mata lain, hanya ada dua mulut yang saling berucap janji tanpa ada janji dari mulut lain, dan hanya ada dua hati yang selalu meyakini bahwa kita masih dan akan terus bersama. Terima kasih Kak.

Terima kasih juga Ni Ii dan Aan yang selalu bantuin Mas Rozi bikin kejutan, tanpa ada kalian Na yakin selebrasi ini tidak akan ada, ga mungkin kan balon, kue, dan topinya ditenteng langsung dari Depok? Hohoho

Ketika ulang tahun, moment make a wish akan selalu dipenuhi doa-doa dan harapan meskipun setiap hari selalu melakukan itu. Saat usia 21 tahun, harapan terbesar adalah bisa menyandang gelar sarjana, dan alhamdulillah tercapai. Di usia ini, semoga segera diberikan jalan untuk memperoleh pekerjaan yang layak (tolong diaminin ya yang baca tulisan ini :] ) .

Hidup bernilai ketika ada cita, cinta, dan pengharapan berjalan beriringan



Monday, January 13, 2014

Finally, The Mini Thesis!

Posted by Rina Purnama Sari at 8:05:00 pm 0 comments
Setelah berkutat 3 bulan dengan yang beginian .......



ditemani oleh ruangan dan spot yang sangat berantakan ini....



akhirnya, Rabu, 18 Desember 2013, pukul 09.50 dinyatakan lulus sidang skripsi, yeaaay!



Lot of thanks, my Allah, Papa dan Mama tersayang dan ter-rindu, adek-adek, patjar, dan teman teman semua! I love You *ketjup satu satu*

My step just began :)
 

Adorable Part Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos