Jauh sebelum 5 tahun lalu, kita sudah saling kenal dan lama kelamaan semakin dekat. Kita telah berada dilingkungan yang sama untuk waktu cukup lama tanpa disadari. Pertama kali mengenal kamu saat kita masih berseragam merah putih dan dipertemukan di sebuah perlombaan dan sayangnya tim aku yang menang, bukan kamu. Kita berada di komplek sekolah yang sama selama 6 tahun, kamu 01 sedangkan aku 09.
Aku juga masih ingat saat merah berganti donker. Kita selalu dibatasi oleh satu dinding selama 3 tahun. Aku 1.2, 2.2, dan 3.2 sedangkan kamu 1.1, 2.1, dan 3.1 . Tapi kita pernah berada di ekskul yang sama. Aku masih ingat saat kamu berkata "manga juo Ji lai?" sebelum kegiatan ekskul saat aku berbicara dengan salah satu sahabat ku yang kamu panggil "Adek" karena aku menyebut nama kamu dalam permasalahan sahabat aku itu. Aku juga masih ingat saat kita berbicara di depan pintu kelas kamu saat jam istirahat meski aku lupa detail pembicaraan kita. Aku juga masih ingat saat minggu siang sebuah pesan singkat masuk ke ponsel ku, pesan singkat pertama dari kamu. Dan aku juga masih ingat saat class-meeting terakhir kita sebagai pelajar SMP, berpapasan meskipun saling berseberangan jalan, aku disebelah kiri dan kamu di kanannya, kamu bertanya aku mau kemana dan aku menjawab mau pulang, saat itu kamu bertiga sedangkan aku seorang diri. Dan aku masih ingat saat pengumuman NEM SMP, kamu diurutan pertama bersama sahabatku sedangkan aku lupa aku diposisi keberapa, entah 5, 6, 7, 8, atau 9. Yang pasti kita sama-sama didepan.
Ketika donker berganti abu-abu, takdir mempertemukan kita di sekolah yang sama bahkan dalam satu kelas yang sama. Orang yang aku kenal waktu itu hanya kamu dan Andi. Keadaan ini membuat kita semakin dekat layaknya seperti sahabat. Saling bertukar pesan setiap malam, saling membangunkan di pagi hari. Aku ingat kita sering membuat emot lucu diakhir pesan, terkadang mengkombinasikan nama kita atau tanggal lahir yang hanya berjarak 2 hari. Aku juga ingat kita sering melakukan missed-call sebanyak angka-angka penting dalam hidup kita, 1, 4, 6, bahkan kelipatan dari angka-angka itu. Aku masih ingat saat pertama kali kamu memegang tangan ku dan menggenggamnya seraya meyakinkan aku untuk bangkit dari kegagalan sebuah post test fisika. Aku juga masih ingat pertama kali aku bersandar di pundakmu, diperjalanan rekreasi kelas dan aku sedang dihadang sakit kepala. Aku masih ingat pertama kali kita mengambil foto berdua di tepi pantai dan entah kenapa tiba-tiba ada bayangan menyerupai gambar hati di sela-sela badan kita berdua. Apalagi?
Kamu masih ingat kapan pertama kali marah dan mendiamkan aku beberapa hari? Apa kamu ingat akhirnya aku menelpon kamu menggunakan hand phone Papa sambil menangis menanyakan salah aku apa? Aku masih ingat itu, aku masih mampu mengingat kata-kata yang keluar saat ditelpon itu. Aku juga masih ingat keesokan harinya kamu memberi sapaan lagi sambil mengambil jajanan ku dan duduk persis di kursi depan meja ku. Aku juga masih ingat saat kita duduk di depan kelas, aku ngoceh tentang rokok dan membenci pengkonsumsinya, diam-diam kamu memikirkannya dan menghentikan kebiasaan merokok kamu. Aku juga masih ingat pertama kalinya mendapatkan kado ulang tahun dari mu dan sampai sekarang kado itu masih ada dan terpajang di meja belajar ku.
Aku juga masih ingat saat kita kembali dipisahkan oleh satu dinding untuk 2 tahun kedepan. Aku menangis dan kamu pun berlinangan air mata. Kamu meyakinkan tidak akan melupakan aku sebagai sahabat, akan tetap memberikan perhatian selayaknya setahun belakangan. Benar, kamu duduk dengan posisi bisa melihat ke kelas ku. Selalu berkunjung walau hanya sekedar lewat dan mengirim sebuah senyum. Selalu saling menunggu saat pulang sekolah walau hanya untuk sekedar pamit pulang dan mengatakan hati-hati atau mengirimkan sebuah pesan singkat jika tak sempat bertemu. Aku masih ingat saat kamu tiba-tiba memegang kepala ku dan itu sering kemudian bersikap usil atas kegiatan ku. Aku masih ingat saat kamu akan berlibur ke Jakarta dan sengaja datang kesekolah sebelum keberangkatan mu dengan harapan bisa bertemu dan pamitan dengan ku, sayangnya aku sedang tidak di sekolah. Bodohnya kamu kenapa baru mengirim SMS sejam sebelum keberangkatanmu. Aku menangis. Mungkin aku gamang karena terbiasa berjumpa kamu setiap hari. Namun, kamu menebus itu semua dengan pulang tepat beberapa jam sebelum pergantian usia ku, meskipun kamu melewatkan pukul 12 malam itu meski sebenarnya telah menunggu dan sengaja memasang alarm agar terbangun, sayangnya sepupu kamu mematikan alarm itu mungkin karna mengganggu dan kamu tidak terbangun. Aku masih ingat kamu mengirimi aku pesan shubuh-shubuh 4 januari saat itu sambil merasa bersalah karna melewatkan hari ulang tahun aku sebagai sahabat. Kamu menebus semuanya dengan datang ke rumah membawa cake dan sebuah goodie bag yang berisi berbagai kado dan oleh-oleh liburan. Aku masih ingat isinya, sebuah cardigan, boneka, dan cincin titanium dengan satu permata di atasnya. Sayangnya aku menghilangkan cincin itu di bandara.
Aku juga masih ingat saat kamu cerita kalo kamu dekat dengan sahabatku. Aku orang pertama yang semangat menyuruh kamu untuk maju. Kamu takut, aku akan menjauh sebagai sahabat ketika telah ada wanita lain yang akan jauh lebih dekat dengan mu. Tapi aku meyakinkan bahwa kamu tidak akan kehilangan aku, tidak akan kehilangan perasaan seberapa dekat dan pedulinya kita satu sama lain. Akhirnya kamu maju. Aku ingat, dua kali saat itu kamu berbicara dengan ku, kamu telah berusaha namun hasilnya nihil. Dan akhirnya kamu menyerah. Aku saksi hidup bagaimana kamu saat itu. Aku hanya ingin punya kesempatan dengan sahabat aku itu untuk membicarakan semuanya, sayangnya itu tidak terjadi.
Iya, aku pengingat yang baik untuk detail-detail sebelum 5 tahun yang lalu.
Sebelum moment 5 tahun yang lalu, dengan gamblang kita berucap saling sayang, sayang sebagai kakak, adek, dan sahabat. Aku merasa sangat nyaman di dekat mu dan kamu pun begitu. Kamu, sahabat pertama laki-laki ku dan kini menjadi laki-laki pertama yang aku jadikan seorang pendamping. Laki-laki pertama yang aku percayakan untuk berjalan ke depan bersama. Laki-laki pertama yang pernah, sedang, dan akan menjadi teman, kakak, sahabat, dan pendamping, Insyaallah :)
Dan foto ini membuatku berimajinasi, posisi yang sama dengan tempat berbeda beberapa tahun kedepan. Kamu pasti paham itu :)
Dan aku akan bercerita tentang moment-moment 5 tahun kita dan tahun-tahun selanjutnya, tapi nanti ketika kita telah berada di fase yang lebih tinggi dan baik.
Aku menyebutnya, Kita!